Pendidikan Anak Tunarungu

Pendidikan Anak Tunarungu

Pendidikan Anak Tunarungu

Tunarungu adalah seseorang yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar. Hilangnya kemampuan mendengar berdampak pada cara seseorang mengenal lingkungan dan berinteraksi. Meskipun demikian, hilangnya kemampuan pendengaran tidak menjadi hambatan bagi seseorang untuk berinteraksi sosial dan mendapatkan pendidikan.

Hadirnya sekolah-sekolah untuk anak-anak berkebutuhan khusus, termasuk tunarungu, memberikan kesempatan bagi tunarungu untuk mendapat pendidikan tanpa melihat batasan yang dimiliki.

Perhatikan postur anak yang sering memiringkan kepala untuk mendengarkan. Dorong anak untuk selalu memperhatikan wajah guru, bicaralah dengan anak dengan posisi berhadapan dan bila memungkinkan kepala guru sejajar dengan kepala anak. Guru bicara dengan volume biasa tetapi dengan gerakan bibirnya yang harus jelas.

Guru SLB merupakan seseorang yang mengabdikan dirinya untuk menjadi pendidik bagi anak berkebutuhan khusus (ABK) yang umumnya bersekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB). Mereka bisa mengajar siswa yang mengalami tunanetra, tunadaksa, tunarungu, tunagrahita, autis, tunalaras maupun kekhususan lainnya.

Sekolah Luar Biasa (SLB) menjadi sarana pendidikan dan terapi yang memfasilitasi anak-anak berkebutuhan khusus. Sasaran pembelajaran sebagian besar SLB mengacu pada perubahan tingkah laku melalui kemampuan berbahasa. Di sekolah-sekolah tersebut kemampuan yang dikembangkan bukan hanya bahasa isyarat, tapi juga bahasa oral dimana anak diajarkan untuk berbicara, menangkap ucapan atau ujaran orang lain.

Salah satu metode belajar yang dipakai adalah metode MMR (Metode Maternal Reflektif) yang mengadopsi cara seorang ibu mengajarkan bahasa pada anaknya.  Pendekatan MMR dilakukan dengan metode demonstrasi, metode pemberian contoh, tanya jawab dan penugasan.

Dengan pendidikan yang diperoleh, tunarungu dapat mengenal lingkungan dan berinteraksi terlepas dari keterbatasan yang dimiliki.

Kebutuhan pembelajaran anak tunarungu secara umum tidak berbeda dengan anak pada umumnya. Tetapi mereka memerlukan perhatian dalam kegiatan pembelajaran antara lain: tidak mengajak anak untuk berbicara dengan cara membelakanginya. Anak hendaknya ditempatkankan paling depan, sehingga memiliki peluang untuk mudah membaca bibir guru. 

Baca juga Hal Positif Dalam Bermedia Sosial Bagi Pelajar 

Cara yang dapat diterapkan oleh orang tua, anggota keluarga, maupun masyarakat dalam bekerja sama untuk mendidik ataupun membina anak tunarungu:

  1. Beri Perhatian

Memberikan perhatian adalah dasar dari seluruh usaha dalam mendidik anak tunarungu, karena pada dasarnya mendidik anak-anak dengan berkebutuhan khusus adalah hal yang membutuhkan kesabaran dan juga perhatian ekstra.

Cara memberikan perhatian ini dapat diwujudkan dengan perilaku menghargai anak dalam apapun yang mereka lakukan, juga perhatian ini dapat diwujudkan dengan memberikan kasih sayang atau afeksi yang lebih kepada anak tunarungu sehingga mereka merasa dicintai, serta prioritaskan mereka dalam kegiatan-kegiatan yang yang kurang mampu mereka lakukan sendiri sehingga benar-benar mereka merasakan bahwa diri mereka diberikan perhatian.

  1. Tumbuhkan Pemahaman Diri

Menumbuhkan pemahaman diri merupakan salah satu kunci dalam membina ataupun mendidik anak tunarungu. Hal ini dapat diterapkan dengan cara memberikan pemahaman kepada mereka mengenai kondisi fisiknya, sehingga mereka mampu untuk memahami segala kekurangan fisik tersebut dan tetap menghargai diri sendiri meski memiliki keterbatasan.

Kita juga harus memberikan pemahaman kepada mereka tentang pentingnya memperhatikan perspektif orang lain, sebab pada umumnya karena kekurangan fisik yang dimilikinya anak tunarungu cenderung memiliki egosentrisme yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak normal pada umumnya. Sehingga dengan mengajarkan mereka pentingnya perspektif orang lain dapat mengurangi sifat egosentrisme yang ada dalam diri anak tunarungu.

Membantu mereka dalam mengenali minat dan bakat yang dimiliki serta menentukan cita-cita untuk masa depannya juga merupakan bentuk menumbuhkan pemahaman diri bagi anak tunarungu.

  1. Melatih Kemampuan Komunikasi

Keterbatasan anak tunarungu dalam mendengar bunyi di sekitarnya membuat mereka juga kesulitan dalam berkomunikasi secara lisan. Di sini kita dapat mengajarkan mereka lewat beberapa hal seperti mengamati dan memahami gerak lidah dan bibir dari lawan bicara, kemudian menginstruksikan mereka untuk mengucapkan kembali ucapan dari lawan bicara tersebut.

Kita juga dapat melatih komunikasi mereka dengan membaca bacaan dengan mereka sehingga mereka memiliki kosakata yang beragam, serta mereka mampu memahami bunyi dari setiap kata yang dibaca ataupun yang didengarkan. Hal-hal tersebut dapat dilakukan untuk membantu anak terbiasa mengekspresikan diri dan berkomunikasi secara lisan, sehingga tidak hanya bergantung pada bahasa isyarat saja.

  1. Memberikan Motivasi

Dalam proses mendidik anak tunarungu kita juga harus memberikan motivasi kepada anak lewat beberapa hal, seperti pujian secara lisan maupun lewat gerak tubuh dengan mengacungkan jempol, memberikan tepuk tangan, dan lain sebagainya. Kita juga dapat memotivasi mereka lewat pemberian reward untuk hal-hal yang telah mereka lakukan.

Reward ini tidak selalu tentang hadiah yang besar, bisa juga dengan memberikan stiker bintang pada mereka ataupun hanya sekadar memberikan permen. Wujud motivasi lainnya yang dapat kita berikan adalah lewat dukungan kepada mereka untuk hal-hal yang ingin mereka lakukan atau mereka coba sepanjang hal itu itu adalah kegiatan yang positif.

  1. Merencanakan Karier

Pendidikan yang kita berikan kepada anak tunarungu tidak lain adalah untuk membantu mereka, dalam merencanakan masa depan mereka lewat karier yang akan mereka tempuh. Oleh sebab itu kita juga dapat mendidik anak tunarungu dalam merumuskan karier yang akan mereka kerjakan dengan mengenalkan mereka jenis-jenis pekerjaan yang tidak membutuhkan kelihaian dalam berbicara dan mendengar, juga dapat membantu mereka melihat kesempatan karier yang ada sesuai dengan kelebihan yang mereka miliki.

Kita juga dapat mengikutkan mereka dalam kursus/pelatihan untuk mengembangkan bakatnya, ataupun mengajarkan mereka menciptakan sesuatu yang bernilai jual dari kreativitas sendiri.

Pada hakikatnya mendidik anak tunarungu hampir sama dengan mendidik anak normal pada umumnya, namun membutuhkan kesabaran yang lebih besar serta usaha yang lebih keras, namun sejatinya mereka dan seluruh anak berkebutuhan khusus lainnya adalah anak-anak manis yang perlu ditopang dengan kasih agar dapat menegakkan kepala pada dunia dan melukiskan senyum di wajah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *