Siswi SD di Kota Jambi Dilansir Meninggal Dunia Berakhir Di-bully Sahabat

Siswi SD di Kota Jambi Dilansir Meninggal Dunia Berakhir Di-bully Sahabat

Siswi SD di Kota Jambi Dilansir Meninggal Dunia Berakhir Di-bully Sahabat

Siswi SD di Kota Jambi Dilansir Meninggal Dunia Berakhir Di-bully Sahabat – Siswi Sekolah Dasar (SD) Al-Azhar Jambi dikabarkan meninggal dunia usai di-bully sahabatnya. Informasi ini menjadi perbincangan masyarakat, dan viral di media sosial.

Korban berinisial AKD kelas 3 SD itu, disebut keluarganya, sempat mengalami pendarahan di bagian kepala. Sedangkan, korban itu tidak mengidap penyakit bawaan apapun.

“Sekian bulan kakak (AKD) pergi tuk selama-lamanya, baru terbongkar penyebab pendarahan di kepala yang datang tiba-tiba, tanpa ada keluhan atau penyakit bawaan yang menyebabkan meninggal. Rupanya dari kelas 2 SD ia di-bully oleh sahabat perempuan di kelasnya,” tulis Annisa Febriani di facebook, Kamis (30/3).

Kata Annisa, korban sudah mengadukan apa yang dialaminya. Tapi, AKD konsisten dirundung sahabatnya. Kepalanya sempat terbentur ke dinding.

“Maminya hanya bilang kakak (AKD) tabah, maafkan. Dan ia malah manut apa kata maminya. Puncaknya di kelas 3 si anak itu selalu nge-bully. Anak itu ngejolak (menyokong) hingga kepala belakang ke dinding,” ujarnya.

Ibu korban yang berinisal AF, via instagram, menceritakan sesudah 2 bulan meninggal dunia barulah kejadian yang dialami si kecilnya terbongkar. Cuma saja, ia tidak memberikan keterangan yang detil.

“Sahabat-sahabat, terima kasih perhatiannya. Pihak sekolah cepat tanggap. Memang kejadian ini terbongkar sesudah 2 bulan meninggal dunia. Setelah kami berlapang dada dan tabah, barulah Allah bongkar semua,” tuturnya.

Ia malah mengatakan pihak sekolah sudah memberikan tanggapan cepat. Sehingga ia memohon jangan menghujat pihak sekolah, serta guru-gurunya.

Tapi, dikala dihubungi regu, ia tidak memberikan konfirmasi atau keterangan yang lebih jelas. Ia menceritakan permasalahan ini sudah selesai.

Sementara itu, pihak sekolah memberi tahu permasalahan tersebut sudah selesai. Kedua bela pihak keluarga sudah bersua dan melakukan mediasi.

Kepala Divisi Pengajaran Al Azhar Jambi, Rini Kartini mengatakan postingan di facebook tadi sudah dihapus pihak keluarga AKD. Keluarga ini tidak menduga postingannya viral di media sosial.

Rini tidak memutuskan apakah benar ‘pembullyan’ sudah menimpa AKD. Menurutnya, tidak masuk nalar ‘pembullyan’ terjadi, sebab pelajar kerap kali belajar secara daring, dan baru Oktober tahun 2021 lalu pelajaran dilakukan di sekolah.

Semasa hidupnya, kata Rini, AKD dengan sahabat yang disebut melakukan ‘pembullyan’, sesungguhnya bersahabat baik.

“Sebetulnya ia berkawan elok. Anak-anak, dapat berkelakar, dongkol, dan sebagainya, seperti kita dulu. Anak usia 9 tahun itu masih polos atau belum baligh. Jadi, sekiranya salah kita ingatkan. Kasian ia takut masuk sekolah,” ujarnya, Jumat (1/4).

Ia memberi tahu anak usia 9 tahun masih polos. Tidak dapat membedakan mana yang baik, dan mana yang buruk. Juga tidak mengetahui pengertian bully.

“Ini, apakah ejek-ejekan atau dorongan, kita tidak tahu. Kasian ia (yang disebut mem-bully). Tapi dimaksud bully itu tentu tidak dipahaminya,” ujarnya.

Tapi, kata Rini, pihaknya akan mengantisipasi semua hal yang memicu kekerasan.
“Kita sudah mengumpulkan guru dan kepala sekolah. Ini menjadi pelajaran yang amat penting,” ujarnya.

Baca juga: Kebiasaan Menyontek Siswa Di Sekolah

Anak yang Di-bully dan Pem-bully Sejatinya Sama-sama Korban

Dosen Anak Fakultas Dakwah, Universitas Islam Negeri (UIN) Sulthan Thaha Saifuddin (STS) Jambi, Afriyansah mengatakan anak yang melakukan kekerasan dan anak mendapatkan perlakuan buruk itu, sejatinya sama-sama korban. ‘Pembullyan’ dapat terjadi, sebab lemahnya pengawasan pihak sekolah dan orang tua.

“Anak itu tidak dapat dikatakan sebagai pelaku. Anak ini sama-sama sebagai korban. Mungkin terjadi kelalaian dari orang tua,”ujarnya, Jumat (1/4).

Ia mengatakan kekerasan yang dilakukan anak di bawah usia menjadi tanggung jawab orang tua dan pihak sekolah.

“Apalagi ini ‘pembullyan’ terjadi di sekolah. Pihak sekolah tidak dapat lepas dari tanggung jawab,” ungkapnya.

Ia malah memberi tahu peran guru amat penting untuk mencegah tindak kekerasan. Para guru tugasnya tidak hanya memberikan ilmu.

“Guru itu memiliki peran sebagai pengajar, pengajar, bukan hanya sekedar mengasih ilmu saja. Juga sepatutnya menyelesaikan permasalahan muridnya,” pungkasnya.