7 Fakta Kasus Pembullyan Siswa SMP Berujung Amputasi di Malang

7 Fakta Kasus Pembullyan Siswa SMP Berujung Amputasi di Malang

7 Fakta Kasus Pembullyan Siswa SMP Berujung Amputasi di Malang

7 Fakta Kasus Pembullyan Siswa SMP Berujung Amputasi di Malang – Menyeruaknya kasus pembullyan di lingkungan sekolah SMPN 16 Malang yang menyebabkan korban MS (12) harus diamputasi jari tengahnya mengakses mata kami semua. Bahwa lembaga pendidikan kami masih abai pada keselamatan para siswanya.

Kejadian yang menimpa siswa kelas 7 SMP berinisial MS ini bahkan sempat diakui ‘guyonan’ belaka oleh Kepala Sekolah SMPN 16 Malang, Syamsul Arifin, dan Kepala Dinas Pendidikan Kota Malang, Zubaidah, kala diwawancarai wartawan.

Sontak statement selanjutnya menyebabkan geram penduduk hingga beramai-ramai menghujat sikap keduanya lewat tempat sosial.


Berikut 7 fakta paling baru berkenaan kasus pembullyan siswa SMP di Malang yang berujung pada amputasi :

1. Polisi Rilis Ada 7 Terduga Pelaku Kekerasan
Kapolresta Malang Kota, Kombes Pol Leonardus Simarmata mengemukakan kepada awak media, Rabu (05/02/2020) di Mapolresta Malang Kota Jalan Jaksa Agung Suprapto No. 19, Samaan, Klojen, Kota Malang bahwa terduga pelaku Kekerasan pada MS (12) ada 7 orang.

“Kita masih memeriksa terduga (pelaku) yang melakukan kekerasan maupun berasal dari pihak keluarga korban,” ujar Leo.

Ia mengemukakan kecuali kala ini perkara yang melibatkan siswa kelas 7 dan kelas 8 SMP ini telah naik ke step penyidikan berasal dari pada mulanya step penyelidikan. Leo sendiri mengemukakan kecuali anggotanya telah mengantongi 5 bukti yang dapat menjerat para pelaku. Di antaranya hasil visum dan keterangan para saksi yang saling menguatkan.

2. Para Pelaku adalah anggota Badan Dakwah dan kawan baik korban
Kepala sekolah SMPN 16 Malang, Syamsul Arifin seusai menghadap ke Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Malang mengemukakan kecuali para pelaku kekerasan tergabung didalam ekskul Badan Dakwah Islam (BDI).

“Mereka sama-sama di BDI dan telah saling mengenal dan berteman baik,” ujar Syamsul pada Jumat (31/01/2020) di Kantor Disdikbud Jalan Veteran No. 19, Ketawanggede, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang.

Sementara itu, Wali Kota Malang, Sutiaji mengemukakan kecuali yang menjadi inisiator pembullyan selanjutnya adalah kawan baik dekat korban sendiri berinisial IL (12).

“Inisiator perihal ini sendiri adalah kawan dekat korban sendiri, IL ini kerap singgah terhitung ke tempat tinggal korban,” jelasnya pada Rabu (05/02/2020) di Balai Kota Malang usai pertemuan Kepala Sekolah dan Waka Kesiswaan se-Kota Malang.

Dalam keterangan Sutiaji menyebutkan kecuali IL ini yang pertama menjahili korban selanjutnya diikuti 6 siswa lainnya hingga korban diangkat dan dijatuhkan di lingkungan masjid SMPN 16 Malang.

3. Korban Dibanting hingga Diinjak di Lingkungan Masjid
Kapolresta Malang Kota, Kombes Pol Leonardus Simarmata menyebutkan pada awak tempat kecuali korban MS (12) dianiaya beramai-ramai.

“Dari keterangan mereka, memang benar mereka melakukan kekerasan secara bersama-sama,” jelasnya pada Selasa (04/02/2020) di Mapolresta Malang Kota Jalan Jaksa Agung Suprapto No. 19, Samaan, Klojen, Kota Malang.

Didapati keterangan kecuali para pelaku mengangkat tubuh korban dan menjatuhkannya ke lantai paving. Tak berhenti disitu, tubuh MS lagi diangkat dan kali ini di jatuhkan di dekat pohon.
“Tindakan kedua korban lagi diangkat selanjutnya dijatuhkan di dekat pohon,” lanjutnya.
Tak puas, pelaku selanjutnya lagi melakukan tindakan kekerasan lain yaitu ‘menstarter’ tubuh MS.

“Dan sesudah itu korban ‘distarter’ oleh para pelaku,” jelasnya.

Baca juga: Kenapa Ada Anak Yang Takut Masuk Sekolah?

4. Jari Korban Diamputasi Bukan Karena Gesper
Ramai diperdebatkan berkenaan keterangan Kepal Sekolah SMPN 16 Malang, Syamsul Arifin dan Kepala Dinas Pendidikan Kota Malang, Zubaidah yang menyebutkan kecuali jari MS terluka akibat terjepit ‘gesper’ sabuk tiap tiap hari.

Namun keterangan keduanya langsung dibantah oleh Kapolresta Malang Kota, Kombes Pol Leonardus Simarmata pada Rabu (05/02/0/2020) di Mapolresta Malang Kota Jalan Jaksa Agung Suprapto No. 19, Samaan, Klojen, Kota Malang.

Kepada awak media, Leo menunjukkan kecuali gesper bukan penyebab diamputasinya jari tengah MS (12).

“Tidak ada bunyi (disebutkan) mirip sekali didalam pengecekan kami dengan kaitannya ‘gesper’ tersebut,” tegasnya.

5. Korban Sudah Dirawat 2 Minggu di Rumah Sakit
Siswa yang menjadi korban pembullyan di masjid sekolahnya sendiri, SMPN 16 Malang, ini kini hanya bisa tergolek lemah di tidak benar satu kamar Rumah Sakit Lavalette Malang.

Paman Korban, Taufik mengemukakan pada awak tempat kecuali keponakannya telah 13 hari dirawat.

“Dia telah dirawat sepanjang 13 hari terhitung hari ini,” jelasnya pada awak tempat pada Rabu (05/02/2020) di RS Lavalette Jalan W.R. Supratman No.10, Rampal Celaket, Kec. Klojen, Kota Malang.

Korban berinisial MS sendiri telah merintis operasi amputasi jari tengahnya pada Selasa (04/02/2020) malam di RS Lavalette Malang.

6. Jari Korban Harus Diamputasi sebanyak 2 Ruas
Pada Selasa (04/02/2020) malam, MS (12) siswa SMP korban bully harus merintis prosedur pemotongan jari tengah tangan kanannya sebanyak dua ruas.

Hal ini lantaran jari MS telah mati sehingga tidak bisa berguna kembali. “Jarinya harus dipotong sebanyak 2 ruas karena jaringannya telah mati dan tidak bisa dialiri darah lagi,” mengetahui Taufik pada awak tempat pada Rabu (05/02/2020) di RS Lavalette Jalan W.R. Supratman No.10, Rampal Celaket, Kec. Klojen, Kota Malang.

Taufik melanjutkan kecuali ujung jari tengah MS sebelum akan operasi telah menghitam dan mengecil.

“Istilah medisnya seperti dimumi itu,” lanjutnya.

Ia menceritakan kecuali operasi dimulai berasal dari pukul 18.00 WIB hingga pukul 22.00 WIB dengan lancar.

“Namun, dia (korban) tetap menangis berasal dari malam hingga tadi pagi karena mengetahui jarinya telah tidak ada,” ucapnya.

Terakhir Taufik menyebutkan kecuali kondisi fisik MS kini telah jauh membaik. Namun, kini keluarga tengah fokus mengembalikan mental dan keyakinan diri korban.

7. Wali Kota Malang Akan Berikan Hukuman pada Kepala Sekolah
Wali Kota Malang, Sutiaji mengecam keras tindakan Kepala Sekolah SMPN 16 Malang yang seolah menutup-nutupi perihal pembullyan di sekolahnya. Sehingga menyebabkan statement yang disampaikan tidak sesuai dengan fakta di lapangan.

“Yang disampaikan tempo hari kan sederhana, namun kenyataannya di lapangan anak ini seperti itu,” ujar Sutiaji pada awak tempat Rabu (05/02/2020) di Kantor Balai Kota Malang Jalan Tugu No. 1, Kiduldalem, Kecamatan Klojen, Kota Malang seusai acara pertemuan Kepala Sekolah dan Waka Kesiswaan se-Kota Malang.

Sutiaji mengemukakan dapat berikan hukuman kepada SMPN 16 Malang.

“Untuk punishment kami serahkan Dinas Pendidikan berkoordinasi dengan inspektorat,” lanjutnya.

Ia menyebutkan ada kelalaian berasal dari pihak sekolah, namun karena pihak sekolah adalah pegawai negeri maka dapat ikuti ketetapan dan mekanisme berasal dari Dinas Pendidikan.

Terakhir, Sutiaji menunjukkan kecuali pengakuan Kepala Dinas Pendidikan Kota Malang, Zubaidah yang kontroversial dan sempat viral adalah berasal dari Info pihak sekolah.

“Dinas mengemukakan itu berdasar laporan berasal dari sekolah,” tutupnya.

Siswi SD di Kota Jambi Dilansir Meninggal Dunia Berakhir Di-bully Sahabat

Siswi SD di Kota Jambi Dilansir Meninggal Dunia Berakhir Di-bully Sahabat

Siswi SD di Kota Jambi Dilansir Meninggal Dunia Berakhir Di-bully Sahabat

Siswi SD di Kota Jambi Dilansir Meninggal Dunia Berakhir Di-bully Sahabat – Siswi Sekolah Dasar (SD) Al-Azhar Jambi dikabarkan meninggal dunia usai di-bully sahabatnya. Informasi ini menjadi perbincangan masyarakat, dan viral di media sosial.

Korban berinisial AKD kelas 3 SD itu, disebut keluarganya, sempat mengalami pendarahan di bagian kepala. Sedangkan, korban itu tidak mengidap penyakit bawaan apapun.

“Sekian bulan kakak (AKD) pergi tuk selama-lamanya, baru terbongkar penyebab pendarahan di kepala yang datang tiba-tiba, tanpa ada keluhan atau penyakit bawaan yang menyebabkan meninggal. Rupanya dari kelas 2 SD ia di-bully oleh sahabat perempuan di kelasnya,” tulis Annisa Febriani di facebook, Kamis (30/3).

Kata Annisa, korban sudah mengadukan apa yang dialaminya. Tapi, AKD konsisten dirundung sahabatnya. Kepalanya sempat terbentur ke dinding.

“Maminya hanya bilang kakak (AKD) tabah, maafkan. Dan ia malah manut apa kata maminya. Puncaknya di kelas 3 si anak itu selalu nge-bully. Anak itu ngejolak (menyokong) hingga kepala belakang ke dinding,” ujarnya.

Ibu korban yang berinisal AF, via instagram, menceritakan sesudah 2 bulan meninggal dunia barulah kejadian yang dialami si kecilnya terbongkar. Cuma saja, ia tidak memberikan keterangan yang detil.

“Sahabat-sahabat, terima kasih perhatiannya. Pihak sekolah cepat tanggap. Memang kejadian ini terbongkar sesudah 2 bulan meninggal dunia. Setelah kami berlapang dada dan tabah, barulah Allah bongkar semua,” tuturnya.

Ia malah mengatakan pihak sekolah sudah memberikan tanggapan cepat. Sehingga ia memohon jangan menghujat pihak sekolah, serta guru-gurunya.

Tapi, dikala dihubungi regu, ia tidak memberikan konfirmasi atau keterangan yang lebih jelas. Ia menceritakan permasalahan ini sudah selesai.

Sementara itu, pihak sekolah memberi tahu permasalahan tersebut sudah selesai. Kedua bela pihak keluarga sudah bersua dan melakukan mediasi.

Kepala Divisi Pengajaran Al Azhar Jambi, Rini Kartini mengatakan postingan di facebook tadi sudah dihapus pihak keluarga AKD. Keluarga ini tidak menduga postingannya viral di media sosial.

Rini tidak memutuskan apakah benar ‘pembullyan’ sudah menimpa AKD. Menurutnya, tidak masuk nalar ‘pembullyan’ terjadi, sebab pelajar kerap kali belajar secara daring, dan baru Oktober tahun 2021 lalu pelajaran dilakukan di sekolah.

Semasa hidupnya, kata Rini, AKD dengan sahabat yang disebut melakukan ‘pembullyan’, sesungguhnya bersahabat baik.

“Sebetulnya ia berkawan elok. Anak-anak, dapat berkelakar, dongkol, dan sebagainya, seperti kita dulu. Anak usia 9 tahun itu masih polos atau belum baligh. Jadi, sekiranya salah kita ingatkan. Kasian ia takut masuk sekolah,” ujarnya, Jumat (1/4).

Ia memberi tahu anak usia 9 tahun masih polos. Tidak dapat membedakan mana yang baik, dan mana yang buruk. Juga tidak mengetahui pengertian bully.

“Ini, apakah ejek-ejekan atau dorongan, kita tidak tahu. Kasian ia (yang disebut mem-bully). Tapi dimaksud bully itu tentu tidak dipahaminya,” ujarnya.

Tapi, kata Rini, pihaknya akan mengantisipasi semua hal yang memicu kekerasan.
“Kita sudah mengumpulkan guru dan kepala sekolah. Ini menjadi pelajaran yang amat penting,” ujarnya.

Baca juga: Kebiasaan Menyontek Siswa Di Sekolah

Anak yang Di-bully dan Pem-bully Sejatinya Sama-sama Korban

Dosen Anak Fakultas Dakwah, Universitas Islam Negeri (UIN) Sulthan Thaha Saifuddin (STS) Jambi, Afriyansah mengatakan anak yang melakukan kekerasan dan anak mendapatkan perlakuan buruk itu, sejatinya sama-sama korban. ‘Pembullyan’ dapat terjadi, sebab lemahnya pengawasan pihak sekolah dan orang tua.

“Anak itu tidak dapat dikatakan sebagai pelaku. Anak ini sama-sama sebagai korban. Mungkin terjadi kelalaian dari orang tua,”ujarnya, Jumat (1/4).

Ia mengatakan kekerasan yang dilakukan anak di bawah usia menjadi tanggung jawab orang tua dan pihak sekolah.

“Apalagi ini ‘pembullyan’ terjadi di sekolah. Pihak sekolah tidak dapat lepas dari tanggung jawab,” ungkapnya.

Ia malah memberi tahu peran guru amat penting untuk mencegah tindak kekerasan. Para guru tugasnya tidak hanya memberikan ilmu.

“Guru itu memiliki peran sebagai pengajar, pengajar, bukan hanya sekedar mengasih ilmu saja. Juga sepatutnya menyelesaikan permasalahan muridnya,” pungkasnya.